ONE DAY ONE HADITS
Minggu, 04 Ramadhan 1439 H/ 20 Mei 2018 M
Menjauhi hal-hal yang membatalkan pahala puasa
بسم الله الرحمن الرحيم
باب ما جاء في التشديد في الغيبة للصائم
حدثناأَبُو مُوسَى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ قَالَ وَأَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ *مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ بِأَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ* (رواه الترمذي)
Artinya:
……..dari Abu Hurairah Ra. (w.59 H) bahwasanya Nabi Saw. bersabda: “Barang siapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan Zur (dusta) dan perbuatan Zur (maksiat) maka Allah Swt. tidak membutuhkannya walaupun ia telah meninggalkan makan dan minumnya”.
HR. al Tirmidzi (w. 279 H.)
Istifadah :
Maksud dari redaksi “Allah Swt. tidak membutuhkannya” dalam hadis diatas adalah Allah Swt. tidak akan menerima amalan puasanya.
Secara sederhana, hadis ini menjelas larangan keras bagi setiap muslim yang sedang menjalani ibadah puasa dari berkata-kata kasar, dusta, dan membicarakan kejelekan orang lain atau perbuatan dosa lainnya yang notabene dapat membatalkan pahala puasa atau menghilangkannya.
Pengertian membatalkan pahala puasa tidak serta merta puasanya ikut batal tetapi berkurangnya pahala dan keutamaan puasa dari orang tersebut.
Sumber : Lembaga Kajian & Riset Rasionalika Darus-Sunnah